Anugerah
Anugerah
Secara umum pandangan orang awam mengartikan anugerah
adalah sebagai pemberian dari Allah SWT secara dzahir maupun bathin serta baik
hal-hal yang kita anggap bagus maupun kurang baik.Padahal belum tentu hal-hal
yang menurut kita baik, dihadapan Allah SWT juga baik dan begitu juga
sebaliknya. Seperti firman Allah SWT dalam Q.S Al-baqarah ayat 216 yang
berbunyi :
“Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu
padahal ia baik untukmu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia tidak
baik untukmu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Q.S Al
Baqarah: 216)
Oleh karenanya Syekh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary
mendefinisikan kata Anugerah dengan makna dibawah ini :
Seringkali kita terlena dengan pemberian Allah yang
selaras dengan syahwat kita yang tersampaikan dalam do’a-do’a maupun terbesit
dalam benak sehingga membuat nafsu berjingkrak kegirangan.Jika hal itu terjadi,
sangat mungkin sekali timbul di hati merasa termasuk golongan orang-orang yang
sholeh atau sholehah serta dekat dengan-Nya.Lantaran do’a-do’anya selalu
terkabul dengan cepat serta sesuai hasrat dalam diri. Padahal hal demikian
tidak lain pasti terselip sebuah ujian yang besar dari Allah SWT terhadap
hamba-Nya. Ujian tersebut adalah berupa kenikmatan yang diberikannya, apakah
akan disyukuri ataukah dikufuri? Ingatkah semua nikmat-nikmat tersebut akan
ditafakkuri ataukah ditakaffuri? Lantas akankah nikmat tersebut untuk berbuat
Taat ataukah Maksiat?
Jikalau ia semakin giat dalam beribadah dan beramal
shaleh, niscaya orang tersebut akan selamat dan melewati tahap awal ujian
tersebut. Selain juga termasuk golongan orang yang beruntung mendapatkan syurga
seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 82 :
وَالَّذِينَ آمَنُواْ
وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ أُولَـئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ
“Dan
orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surge mereka
kekal di dalamnya”.
Namun sebaliknya jika malah semakin
buruk ibadah kita maupun hablun minannas dan terutama hablun minallahniscaya
kita tergolong orang-orang yang merugi.Sedangkan anugerah Allah SWT yang
sesungguhnya ialah segala hal yang berlawanan dengan nafsu birahi dalam
diri.Tentu saja demikianlah yang dihadapan-Nya dianggap baik bahwa itu adalah
pilihan dari Allah secara langsung.Salah satu tanda bahwa pemberian itu
merupakan suatu Anugerah dari Allah SWT yakni bahwa sebuah anugerah pasti
mendorong diri untuk semakin baik ibadah maupun muamalahnya.
Karena di dalam suatu anugerah
terkandung hal yang jarang dimiliki oleh orang awam, yakni berupa kesabaran
yang merupakan anugerah terbaik dari Allah SWT.Sebab dengan sabar itulah kita
dapat semakin muqarrabah pada-Nya. Serta dengan washilah sabar itulah
kelak akan diraih kemenangan dan keuntungan yang besar. Oleh karena itu Allah
SWT memrintahkan kita agar senantiasa berwasiat tentang kesabaran dan kebaikan,
seperti dalam Al-Qur’an surat Al-‘Ashr ayat terakhir :
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya
:“Dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al-‘Ashr : 3)
Buat Dan Pertahankan Sabar
Tentunya anda pernah mendengar sebuah ungkapan indah
tentang sabar yang berbunyi :
Kurang lebih
seperti itulah gambaran singkat tentna sabar dan ikhlas.Memang ternyata
ungkapan tersebut mempunyai korelasi dengan makna sebenarnya. Makna sabar
dinukil dari bahasa arab yakni الصبرyang
bisa dimaknai buah maja yang rasanya sangat pahit dan bisa menjadi obat
atau jamu. Menurut Dzun Nun Al-Mishry sabar ialah menjauhi hal-hal yang
bertentangan, bersikap tenang saat mendapat pahitnya cobaan serta menampakkan
sikap kaya (qonaah) dengan menyembunyikan sifat kefakiran di medan kehidupan.
Jumhur Ulama membagi sifat sabar menjadi tiga hal utama :
1.
Sabar dalam
menghadapi ujian dari Allah SWT.
2.
Sabar dari
kedurhakaan kepada Allah SWT.
3.
Sabar
menjalankan ketaatan kepada Allah SWT.
Menurut hemat penulis, juga setelah merujuk pada
pendapat para Ulama maupun Sahabat bahwa sabar dengan tingkatan tertinggi
adalah sabar dalam mendapatkan ujian dari Allah SWT.Yakni saat seseorang diuji
baik berupa musibah, penyakit, dan bahkan harta bendanya.Karena pada hakikatnya
sabar dalam menghadapi ujian dari Allah SWT juga telah mengandung sebuah
ketaatan pada-Nya. Jika kita telah menjalankan juga pada ketaatan tersebut
pastilah akan mengiringinya dalam menjauhi kemaksiatan.Pasalnya saat Allah SWT
memberikan ujian kepada hamba-Nya, Dia ingin mencoba apakah kita masih
menjalankan perintah-Nya atau malah nantinya berpaling dari Allah karena
mungkin merasa bahwa sudah tidak lagi dikasihi-Nya.
Sedangkan sabar dalam menjauhi kedurhakaan atau
maksiat terhadap Allah menempati tingkat ke dua. Hal ini sesuai dengan sebuah
kaidah ushul
دَرْءُ الْمَفَاسِدِ أَوْلَى مِنْ جَلْبِ الْمَصَالِحِ
yang berarti “Menolak keburukan (mafsadah) lebih
diutamakan daripada meraih kebaikan(maslahah)”. Kaidah ini merupakan
kaidah asasi yang bisa mencakup masalah-masalah turunan di bawahnya. Berbagai
kaidah lain juga bersandar pada kaidah ini. Slah satunya ialah berkaitan
dengan tingkatan kesabaran yang telah disebutkan tadi. Esensi dari kaidah ushul
tersebut adalah bahwa orang-orang yang telah menghindari kerusakan berupa
maksiat, kemungkaran serta mafsadat lainnya niscaya akan mudah menjalankan
sebuah ketaatan pada Allah SWT.
Bukankah zaman sekarang banyak orang yang senantiasa
beribadah namun masih tetap berbuat kerusakan, maksiat maupun kezhaliman.
( KH Ali Mu'in Amnur Lc M.Pd.I )
Post a Comment for "Anugerah"