Mengungkit Pemberian dan Sum’ah
Mengungkit
Pemberian
Sebagai manusia, pada
fitrahnya tentu tidak senang jika ada orang lain yang kikir terhadap hartanya.
Namun mereka lebih benci lagi jika seseorang berderma lalu mengungkit
pemberiannya.
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى
“Hai orang-orang yang
beriman.. Janganlah kalian menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)” [QS al-Baqarah: 264]
Berkata asy-Syaikh
as-Sa’di rahimahullah,
ففيه
أن المن والأذى يبطل الصدقة
“Pada ayat ini terdapat
dalil bahwa mengungkit pemberian dan menyakiti si penerima akan menyebabkan
lenyapnya pahala sedekah..” [Taisirul Karimir Rahman]
KH Ali Mu'in Amnur Lc M.Pd.I |
|
Maka bila pernah
bersedekah, lupakan saja. Seakan tak pernah memberi.
Bukankah kita ingin
derma itu menjadi bekal kebajikan kelak di akhirat, bukan menjadi sebuah
kesia-siaan, apalagi sampai menyebabkan kita berdosa?. Maka, berikut adalah
salah satu do’a dari Umar Bin Khattab agar kita dapat senantiasa ikhlas dalam
beramal,
|
“Ya Allah jadikanlah amalku shalih
semuanya, dan jadikanlah aku ikhlas karena-Mu, dan janganlah Engkau jadikan
untuk seseorang dari amal itu sedikitpun”.
Sum’ah
Definisi
sum’ah sebenarnya hamper mirip dengan riya, namun secara harfiah sum’ah berasal
dari kata sumi’a yang berarti diperdengarkan. Secara terminologi sum’ah
ialah suatu perbuatan tertentu baik ibadah maupun muamalah dengan benar
lahiriah ikhlas karena Allah Yang Maha Pengasih dan Luhur kemudian amal
kebajikannya diceritakan kepada orang lain supaya orang lain memuliakan
terhadap dirinya. Atau saat ia beramal sengaja diperjelas dan dikeraskan supaya
terdengar dan diperhatikan oleh orang lain. Hatinya tidak ridha menuju kepada
Allah melainkan batinnya menuju karena dunia itulah sum’ah, haram hukumnya
setelah melakukan amal kebajikan.
Hal di atas sejalan
dengan ungkapan Imam Ghazali yang dikutip oleh Nur Hidayat dalam bukunya akhlak
tasawuf sebagai berikut;
لَا
تَظْهَرُ الْفَضِلَةَ كَالْعِلْمِ وَالْطَاعَةِ
Artinya: “Janganlah
kamu menampak-nampakkan sifat keutamaan ilmu dan ketaatan”.
Allah SWT juga telah
menyinggungnya dalam surat An-Najm ayat 32,
yang berbunyi :
الَّذِينَ
يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الإثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ
وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ
وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلا تُزَكُّوا
أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
Artinya : “(Yaitu)
orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari
kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya. Dan Dia
lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan
ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan
dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa”. (Q.S An-Najm : 32)
Dari beberapa keterangan di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa perbuatan-perbuatan tersebut sangat tercela dan buruk
dihadapan Allah SWT. Diantara bahaya yang diakibatkannya yaitu :
Ø
Terhalang dari Hidayah
dan Taufiq Allah.
Ø
Batal Amalnya
Ø
Mendapat Azab di Akhirat
Ø
Aibnya akan terbuka
baik di dunia maupun di akhirat
Demikianlah sekelumit perbuatan yang dapat merusak
ibadah kita. Yang semua itu berhubungan dengan hati, jika baik hati ini maka
akan baik pula jasad atau dhohir kita, namun jika bathin atau hati sudah rusak
maka rusak pula seluruh dhohir jiwa kita. Nau’dzubillah
Wallahu a’lam bi al showaab
"Janganlah
kamu menampak-nampakkan
sifat keutamaan ilmu dan ketaatan”.
Copyright@POJOKYAPIKA
( KH Ali Mu'in Amnur Lc M.Pd.I )
Post a Comment for "Mengungkit Pemberian dan Sum’ah"