Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
SABAR SA'DELO KANGGO SA'LAWASE

Ngajar Dengan Ikhlas


Ngajar Dengan Ikhlas
Suatu sore saya pernah duduk santai bersama beberapa orang guru yang sdang asyik ngobrol, sebut saja mereka si A, M dan I. percakapan itu dimulai dari I yang notabene adalah seorang kepala sebuah SMP negeri.
“Gimana mas sudah beres belum sertifikasi-mu?”.
“Waduh pak, boro-boro serifikasi, tunjangan saja belum cair”.Jawab si A.
Kemudian pak kepsek pun menyahut, “Duh… jan kasihan, saya sudah siap lho tinggal nganter berkas-berkasnya aja ke pusat”.
“wah..wah enak yah tinggal nunggu hasil”, sahut si M
“Enak gimana tho, itu aja ngerjainnya sampai berminggu-minggu bahkan hamper sebulan lebih soalnya banyak sekali kendalanya, belum lagi yang ndaftar sertifikasi juga banyak”, Timbal I.
Saya pun masih terdiam, berharap  tidak ikut campur urusan mereka apalagi sampe pembahasan seperti itu. Segera saja saya pergi sebelum diinterogasi oleh mereka yang semakin asyik ngobrol masalah yang ujungnya gak lainya gitu, hhe.

46
 
Begitulah realita yang sering saya jumpai dikalangan beberapa pendidik zaman now.Tak hanya pengajar dari sekolah non madrasah, beberapa guru madrasah pun sering dipusingkan dengan hal-hal tersebut.Memang tidak semua, namun kebanyakan sertifikasi tersebut diharapkan dan dianggap menjamin mereka, tanpa mengindahkan lagi keberkahan atas hasil yang diperoleh. Pasalnya saat mereka mengurus hal-hal tersebut tak sedikit dari jam pelajaran yang terbelenggu sehingga berdampak pada berkurangnya jam mengajar para siswa. Banyaknya berbagaitunjangan dari pemerintah yang digelontorkan bagi para pendidik pun tak sedikit yang memperebutkannya.Kalaupun ada yang tak mau ambil pusing mengurus sertifikasi atau bahkan pendaftaran PNS, tunjangan ini itu dan sebagainya karena mungkin rumitnya proses administrasi dan persyaratan, tak jarang pula yang risau karena honor dari sekolah tak kunjung cair. Tentu miris sekali jika hal diatas dibayangkan dan disandingkan dengan perkataan kiyai sepuh saat ini.Banyak dari beliau-beliau yang seoakat bahwa mendidik atau mengajar tidak dapat dijadikan sebagai azas pendapatan seseorang baik dari kalangan dosen, guru, terlebih lagi kiyai, penceramah maupun pendakwah. Mengajar bukanlah sebuah pekerjaan layaknya pedagang yang mencari keuntungan sebagai feedback atas pengetahuan yang telah diberikan kepada orang lain.Mendidik merupakan sebuah bentuk pengabdian serta pengorbanan untuk menyelamatkan generasi penerus dari kebiadaban dan kerusakan zaman. Lebih dari itu ,sebenarnya mengajar adalah kewajiban kita yang telah mengenyam edukasi penuh hingga dirasa cukup dan mampu menyampaikannya kepada orang lain. Begitulah kiranya realisasi yang pantas supaya kita tidak di cap ibarat sebuah pohon yang tak berbuah / memberikan manfaat kepada sesama, yakni كاشجار بلا ثمار.
Banyaknya anak-anak negeri yang membutuhkan uluran pendidikan dari sekolah maupun lembaga pendidikan lain, maka sudah sepantasnya bagi kita yang telah mendapatkan pendidikan bertahun-tahun guna mensyukuri nikmat anugerah Allah SWT yang begitu besar kepada kita. Ras syukur itulah salah satu modal bagi kita untuk mengimplementasikan sebagai pengajar maupun pendakwah dalam menyampaikan ilmu pengetahuan. Jika rasa syukur itu telah membungkus niat dan ghirrah kita dalam sebuah pengabdian pengajaran, tentu akan terasa ringan dan akan tumbuhlah sebuah bibit keikhlasan.
Jadilah orang miskin yang sabar,
Jadilah hartawan yang sabar,
Anugerah terbaik dari Allah adalah sabar,
Buat dan pertahankanlah sabar di hati kita


 Copyright@POJOKYAPIKA
( KH Ali Mu'in Amnur Lc M.Pd.I )




PON-PES AL - ISTIQOMAH
PON-PES AL - ISTIQOMAH Website resmi dari Yayasan Pendidikan Al-Istiqomah Karya Guna (YAPIKA), Tanjungsari, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah, 54382.

Post a Comment for "Ngajar Dengan Ikhlas"

Pojok YAPIKA