Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
SABAR SA'DELO KANGGO SA'LAWASE

Sekecil Apapun Ikhlas Harus Ada


Sekecil Apapun Ikhlas Harus Ada
Pernahkah anda menjumpai nseseorang yang ditinggal mati oleh keluarganya, lalu ia berucap “Saya sudah mengikhlaskannya”, namun ketika di belakang ia masih mengeluh ata kepergiannya. Seraya berucap “Mengapa kau pergi begitu cepat?Padahal seharusnya seperti ini seperti itu, belum begini belum begitu”.Benarkah hal tersebut yang dinamakan ikhlas? Seolah keikhlasan hanyalah pengganti  dari kata kerelaan semata. Ataukah ikhlas itu ketika seseorang memberikan sesuatu, lalu ia ditanya “sungguhkah kau ikhlas memberikanku semua ini?” lalu dijawabnya, “iya aku ikhlas kok”
Jika benar adanya bahwa hakikat ikhlas seperti yang digambarkan diatas tentulah akan sangat mudah untuk menaikkan derajat dirinya dihadapan Allah SWT. Namun sebenarnya hakikat makna ikhlas yang sesungguhnya tak semudah dari teori diatas dan yang paling sulit lagi adalah pengamalannya. Karena saking besarnya fadhilah dari ikhlas tersebut seperti yang telah di sabdakan oleh Rasulullah SAW dan diriwayatkan oleh 3 perawi masyhur yakni Imam Ahmad, Imam Tirmidzi, dan Imam Nasa’i bahwa orang yang bersujud dengan ikhlas, ia akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT dan dihapuskan satu kesalahan. Selain itu juga disebut dalam kitab Riyadus Shalihin bahwa orang yang pergi untuk melaksanakan shalat berjamaah di sebuah masjid dengan ikhlas, maka setiap langkah kaki kanannya akan dinaikkan derajat nya di sisi Allah SWT dan setiap langkah kaki kirinya Allah akan menghapus dosa yang pernah dilakukannya.

33
 
Bayangkan, dari dua hal contoh fadhilah diatas tentu sudah dapat menggambarkan bahwa betapa dahsyatnya dampak keikhlasan yang tertoreh dalam hati.Contoh tersebut hanyalah secuil gambaran keutamaan dari ganjaran keikhlasan yang sebenarnya sangatlah besar.Karena memang makna ikhlas itu sangat kompleks dan mendalam, diantaranya aialah pengertian ikhlas menurut Syaikh Ibnu Abbas dalam Kitab Tafsir Ibnu Abbas.Dalam Tafsir Ibnu Abbas dikatakan pengertian ikhlas merupakan tauhid yang murni.Tauhid berarti menghamba kepada Allah SWT dengan meng-Esakan-Nya. Tidak ada hal lain yang dapat disetarakan dengan Allah SWT dari segi apapun dalam hidupnya. Serta tidak ada pula yang dituju selain dirinya hanya ingin mendapat hidayah, pertolongan maupun rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.Sedangkan murni berarti kita membersihkan segala kotoran-kotoran maupun noda sekecil apapun dari sumber-sumber keikhlasan diri, baik hati, jiwa, akal maupun naluri seseorang.Noda-noda dihati tersebut dapat berupa riya’, ujub, hasad, fasiq, sombong, sum’ah, khianat, berbohong, ananiah, dan sebagainya. Begitu kompleksnya penyakit dalam ikhlas sehingga untuk membedakannya  klasifikasiikhlas dibagi menjadi 3 tingkatan :
ü Pada tingkatan pertama ialah keikhlasan seorang yang awwam, bahwa ia mempunyai qasad atau tujuan maupun maksud karena Allah SWT. Namun pada masa yang sama, di dalam hatinya ada pengharapan berupa ganjaran serta pahala dari Allah SWT atas apa yang dikerjakannya.
ü Pada tingkatan kedua ialah keikhlasan seseorang yang mengerjakan sesuatu karena Allah SWT, dengan niat mengharap Ridho-Nya semata serta tidak ada cita-cita di hatinya pengharapan maupun tuntutan keinginan pahala dan ganjaran dari Allah atas amal-amal yang dilakukannya. Akan tetapi hamba ini masih melihat bahwa dirinya melakukan amal ibadahnya sendiri danmasih mengetahui bahkan menghisab banyaknya amal yang diperbuatnya.
ü

38
 
Pada tingkatan ketiga ini hampir sama dengan tingkatan kedua dan ketiga, yakni seorang hamba yang melakukan ibadah semata-mata hanya karena Allah SWT saja. Orang tersebut juga tidak mengharap atau menuntut adnya ganjaran serta imbalan dari Allah berupa kenikmatan-kenikmatan ukhrawi seperti bidadari syurga, istana dan isinya. Namun bukan berarti pula bahwa ia siap untuk disiksa dalam neraka atau Takabur bahwa dirinya sudah tidak membutuhkan syurga dan kenikmatannya lagi. Hal itu karena orang tersebut telah meraskan manisnya iman dan islam di dalam hatinya. Terutama saat beribadah dan menghadap Allah SWt. Sehingga amal-amal ibadahnya sudah tidak dirasakan sebagai beban lagi  bahkan seolah-olah ia tidak melihat semua amal ibadahnya, melainkan sebuah kebutuhan pokok dan kebiasaan yang sudah mengalir dalam kehidupannya.


Tingkatan ketiga ini adalah puncak sebuah keikhlasan dalam beribadah menghamba kepada Allah SWT.Walaupun begitu ada lagi keterangan di beberapa kitab yang menunjukan perbedaan pengertian tentang ikhlas.Namun inilah yang saya rasa mudah dipahami dan sudah merupakan rangkuman dari beberapa kitab salah satunya adalah kitab tasawuf karangan Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandari yaitu Syarah Al-Hikam.Namun hingga tingkat ketiga ini belumlah mampu mencapai sebuah kema’rifatan pada Allah SWT.Dalam sisi pandangan Tasawuf, ketiga tingkatan ini belum terbebas sepenuhnya dari “mempersekutukan Allah” SWT.
Ini karena jika menuntut selain dzat Allah SWT dalam ilmu Tasawuf masih dapat dikatakan suatu bentuk penyekutuan terhadap Allah SWT.Ilmu Tasawuf itu memandang segala sesuatu dari sisi hati, akal, jiwa, dan naluri insan.Ketelitian Ilmu Tasawuf dalam mengoreksi iman yang terrealisasikan dalam sebuah amal seorang hamba sangat jauh hingga sanubari yang mendalam serta penuh kehalusan. Keadaan ini dapat didapat oleh para Salikin ( سالكين).

40
 
Secara bahasa Salikin ( سالكين) ialah berasal dari kata “salaka” yang berarti berjalan atau menyusuri.  Sedangkan secara istilah salikin adalah orang-orang yang benar-benar menyelusuri jalan Allah SWT melalui bimbingan seorang Syaikh / Mursyid yang memiliki silsilah keilmuwan dari guru satu ke guru yang lain hingga menuju sampai Rasulullah SAW tanpa terputus. Keadaan salikin  yang ikhlas ini adalah saat cahaya-cahaya tauhid murni telah menguasai isi hatinya. Cahaya tersebut berupa cahaya Af’al Allah SWT, cahaya Asma Allah dan cahaya Sifat Allah SWT.Maka saat itulah merekasudah tidak lagi memandang wujud upaya dirinya untuk melakukan suatu ibadah.Seluruh jiwa dan perasaan mereka karam saat melihat anugerah Allah SWT terhadapnya. Apabila suasana ini menyelubungi hati, mereka akan merasakan sebuah ketenangan dan kenikmatan ibadah yang tidak dirasai oleh orang lain sebelumnya.
Oleh karena itu, sekecil apapun perlu sekali menanamkan keikhlasan dalam hati kita sejak dini supaya dapat memperbaiki diri menuju keharibaan Illahi. Cara memperoleh rasa ikhlas dihati selain melalui tiga tahapan diatas juga ada hal yang mendasarinya untuk perlu diaplikasikan dalam proses tersebut, yaitu istiqomah. Seperti halnya yang dikatakan bahwa :

"الاستقامة خير من الف بركة"
“Istiqomah itu lebih baik daripada seribu berkah”
Sedangkan untuk mendapatkan sebuah keistiqomahan amal perbuatan perlu adanya “pemaksaan diri” dalam menjaga konsistensi hati nurani yang akan terrealisasi pada ibadah jasmani maupun ruhani. Apabila hal itu telah dilaksanakan, maka takkan dipungkiri lagi keberkahan-keberkahan hidupnya di dunia akan selalu menyelimuti.


copyright@POJOKYAPIKA
( KH Ali Mu'in Amnur Lc M.Pd.I )


PON-PES AL - ISTIQOMAH
PON-PES AL - ISTIQOMAH Website resmi dari Yayasan Pendidikan Al-Istiqomah Karya Guna (YAPIKA), Tanjungsari, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah, 54382.

Post a Comment for "Sekecil Apapun Ikhlas Harus Ada"

Pojok YAPIKA