Kedewasaan Cinta dan Nafsu
Perbedaan diantara kita kadang
sering terjadi, maka di situlah akan tumbuh cinta ketika memahami dengan secara
dewasa. Tapi ketika memahami perbedaan dengan nafsu, maka benci akan tumbuh di
hati kita
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : “Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujurat ayat 13)
Pada ayat
sebelumnya khitob yang digunakan ditujukan kepada orang-orang mukmin di mana
ayatnya berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman”. sedangkan pada ayat
ini khitobnya adalah untuk seluruh manusia dan menjelaskan tentang dasar
penting yang menjamin tatanan dan ketetapan serta membedakan nilai hakiki
kemanusiaan dari nilai-nilai palsu dan batil. Maka ayatnya mengatakan: “Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling mengenal”.
Para ahli tafsir menyebutkan bahwa ayat di atas adalah melarang
untuk berbangga diri dengan menggunakan nasab, maka maksud dari ayat “dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan” adalah Adam dan Hawa maknanya
adalah Kami menciptakan kalian dari ayah dan ibu yang sama tanpa ada perbedaan
antara yang berkulit putih dan hitam serta yang Arab dan non-Arab dan Kami
jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bukan untuk saling memuliakan
diri kepada yang lainnya tapi agar kalian saling mengenal sehingga sebagian
kalian bisa mengenal sebagaian lainnya dan dengan begitu sempurnalah urusan
sosial kalian dan hubungan kalian menjadi baik, inilah tujuan kenapa Allah
menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bukan untuk membanggakan
diri dengan nasab atau dengan ayah dan ibu kalian.
Pendapat lain mengatakan bahwa maksud dari ayat “dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan” adalah laki-laki dan perempuan secara
mutlak, dan ayat di atas adalah untuk menolak sikap mengutamakan diri dengan
kelas-kelas secara mutlak seperti kulit putih dan hitam, Arab dan non-Arab,
kaya dan miskin, majikan dan budak serta laki-laki dan perempuan, dan maknanya
adalah wahai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan
perempuan maka setiap orang dari kalian adalah manusia yang dilahirkan dari dua
orang manusia dan kalian tidak punya perbedaan dari sisi ini, dan perbedaan
bangsa-bangsa dan suku-suku diantara kalian bukanlah untuk memuliakan atau
mengutamakan diri tapi agar kalian saling mengenal sehingga dengan itu
sempurnalah urusan sosial kalian.
BACA JUGA :
Dalam kitab al-Amtsal disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan” adalah asal
penciptaan dan pengembalian nasab manusia kepada Adam dan Hawa maka selama
seluruh manusia berasal dari satu akar tidak diperbolehkan satu kabilah
membanggakan diri atas yang lainnya dari segi nasab, dan Allah SWT menciptakan
setiap kabilah dan memberikan mereka kekhususan dan tugas tertentu itu adalah
untuk menjaga tatanan kehidupan sosial manusia, karena keragaman ini memancing
manusia untuk saling mengenal, dan tatanan dalam masyarakat tidak akan tegak
kecuali dengan pengenalan individunya, karena jika mereka memiliki model yang
sama maka fitnah dan kekacauan akan menguasai masyarakat.
Makna Kata as-Syu’ub dan al-Qabail
Para ahli tafsir berbeda pendapat dalam menjelaskan perbedaan
antara as-syu’ub yang merupakan jamak dari kata sya’b (sekelompok besar
manusia) dan al-qaba’il jamak dari qabilah, berkaitan dengan hal ini mereka
memiliki beragam asumsi. Sebagiannya mengatakan bahwa cakupan as-sya’b lebih
luas dari cakupan qabilah sebagaimana yang populer pada saat ini as-sya’b
digunakan untuk bangsa tertentu yang besar. Sedang sebagian lainnya mengatakan
bahwa kata as-sya’b digunakan untuk sekelompok orang Ajam adapun ¬al-qabilah
adalah isyarat untuk sekelompok orang Arab. Sebagian lainnya mengatakan bahwa
as-sya’b adalah isyarat untuk orang-orang yang dinisbatkan kepada daerah
geografis yang mereka tinggali sedangkan al-qabail adalah isyarat untuk
orang-orang yang dinisbatkan kepada keringat dan darah. Tetapi tafsiran yang
pertama lebih cocok dari pada yang lainnya sebagaimana dzahir ayatnya.
Dalam Kitab al-Mizan disebutkan bahwa As-syu’ub adalah jamak
dari As-sya’b sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Majma’ ia adalah sekumpulan
besar dari manusia seperti suku Rabiah dan Madhar, sedangkan al-qabail jamak
dari al-qabilah adalah di bawah (lebih kecil dari) As-sya’b seperti Tamim dari
suku Madhar. Dan pendapat lain mengatakan bahwa As-syu’ub berada di bawah
al-qabail dan dinamakan dengannya karena ia berkelompok-kelompok, ar-Raghib
mengatakan: As-sya’b adalah al-qabilah yang berkelompok-kelompok dari satu
kampung dan jamaknya adalah As-syu’ub. Pendapat lainnya mengatakan bahwa
As-syu’ub adalah sekumpulan orang-orang non-Arab sedangkan al-qabail adalah
sekumpulan orang-orang Arab. Dari pemaparan diatas tentu telah kita ketahui
bahwa Allah memberi tanda bahwa sebenarnya perbedaan diantara kita bukanlah
berarti perpecahan, kebencian dan idisintegrasi melainkan sebaliknya, yaitu
persatuan, kasih saying dan harmonis.
Post a Comment for "Kedewasaan Cinta dan Nafsu"