Puisi Kehidupan
SAYU YANG KESEKIAN
(By: Ahmozy Kebumen)
Hari berganti,
Pagi beralih siang,
Siang beralih malam,
Dan manusia juga potensi seperti itu,
Berubah,
Dengan hati-hati harusnya melangkah lagi,
Mengenang kegelisahan hati,
Mengharap nanti,
Semoga Engkau bersedia saat ku harus kembali,
Tapi hati haruslah sabar menahan diri,
Sebab, saya tak tau hatimu masihkah memiliki, atau
Hanya seutas hati yang diam namun tanpa ilahi,
Manusia selalu potensi,
Saat sakit,
Kepala seperti tertusuk jarum yang semakin dalam menusuk,
Tubuh terasa panas seperti matahari yang kehilangan pohon, dan
Teduhnya,
Begitulah wajar manusia,
Dada terasa perih menelan sesuatu yang termakan,
Termasuk kepedihan yang bisa tertelan,
Tentang hubungan kita yang di pisahkan, Karena keadaan,
Namun, sayu yang kesekian ini,
Semoga tak menjauhkan dari ridho Tuhan,
Karena manusia selalu potensi,
Sejak kita melangkah,
Sesuatu yang sulit terlupakan pasti,
Entah tangan lembutnya,
Senyum manisnya,
Paras cantiknya, dan
Semua tentangnya yang gemulai,
Padahal dekat dengannya,
Begitu mendamaikan hati,
Manusia selalu potensi,
Kemanapun langkah tertuju,
Selalulah bawa batangnya,
Kalaupun sempat terlupa,
Itu akan membawa kita merupa bayang yang pernah kita pejamkan,
Kita tak pernah tau apa yang Tuhan rencanakan, dan
Bisa dipastikan,
Manusia selalu potensi,
Di balik sakit,
Di balik kisah,
Di balik kata-kata,
Di balik do'a-do'a, atau
Di balik sayu yang kesekian,
Entah siapa nanti yang menjadi pemenangnya,
Semoga tetap karena Ridha ya,
Bukan karena sakit,
Kisah,
Kata-kata, ataupun
Sayu yang kesekian.
Post a Comment for "Puisi Kehidupan"